Olahraga Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Minggu, 02 Januari 2011


OLAHRAGA BAGI DIABETES MELLITUS

Olahraga sangat baik untuk kesehatan dalam meningkatkan kesegaran jasmani bagi semua orang. Dimana-mana orang ingin berolahraga,tidak untuk berprestasi saja, tetapi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Bagi pasien Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis, olahraga bukan saja untuk kesegaran jasmani, tapi juga bermanfaat sebagai pengobatan DM dan telah cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya penanggulangan penyakit ini, di samping pengaturan makan, obat-obatan, dan pendidikan. Obat-obatan baru diberikan, apabila dengan diet dan olahraga tidak dapat menurunkan gula darah untuk mengendalikan DM.
Dengan olahraga atau latihan fisik dapat meningkatkan kepekaan jaringan terhadap insulin. Latihan fisik memerlukan kalori, menurunkan berat badan, menurunkan gula darah, dan mengurangi kebutuhan insulin. Pada DM Tipe I atau Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI), peningkatan kepekaan jaringan terhadap insulin tersebut dapat mengurangi kebutuhan insulin. Adapun pada Diabetes Mellitus Tipe II atau Diabetes Mellitus Tidak Tergantug Insulin (DMTII), peningkatan kepekaan jaringan tersebut sangat penting dalam mengatur kadar gula darah.

Olahraga pada Orang Normal
Sebagai sumber bahan bakar (energi) utama otot manusia adalah glukosa (gula) dan asam lemak bebas. Dalam keadaan istirahat sumber energi otot utama adalah asam lemak bebas. Pada waktu mulai berolahraga, kebutuhan energi otot meningkat. Sebagai sumber energi pada beberapa menit pertama diambil dari glikogen dalam otot.

Olahraga pada Pasien Diabetes Mellitus
Proses pemakaian sumber energi (gula dan lemak) dalam olahraga pada pasien DM berbeda dengan orang normal oleh karena perbedaan peranan insulin. Sementara olahraga, maka otot-otot mengambil gula dari plasma darah sebagai energi sehingga kadar gula dalam darah turun. Hal ini merupakan suatu yang menguntungkan bagi pasien penderita DM, sehingga olahraga pada penderita DM juga sebagai suatu cara dalam mengendalikan kadar gula darah.
Reaksi metabolik dan hormon pada DMTI tergantung pada baik tidaknya kontrol DM pada waktu gerak badan dimulai. Bila kontrol DM baik atau sedang, gerak badan menyebabkan penurunan gula darah yang lumayan besar. Sebaliknya bila kontrol DM jelek atau kekurangan insulin berat dan terdapat ketosis, maka gerak badan akan menyebabkan kenaikan gula darah, asam lemak bebas, dan benda keton. Selanjutnya  gerak badan akan menaikkan mobilisasi lemak dan mengubah asam lemak bebas menjadi benda keton, jadi akan terdapat peningkatan gula darah (hiperglikemi), lemak tinggi (hiperlipidemi), dan ketosis. Gerak badan pada pasien DMTTI menunjukkan efek yang baik berupa penurunan kadar gula darah asalkan kadar gula darah tidak melebihi 250 mg%. Demikian juga terhadap metabolisme lemak. Bila hiperglikemi berat maka akan terjadi efek jelek berupa hiperlipidemi yang berat.

Manfaat dan Kerugian Olahraga Bagi Pasien Diabetes Mellitus
Perlu diketahui bahwa olahraga tidak selalu bermanfaat bagi setiap pasien DM, apalagi bila beban fisik yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi pasien. Sebagai contoh misalnya :
a.            kecenderungan terjadinya gula darah rendah (hipoglikemi) khususnya pada DMTI
b.            ransangan terhadap counter regulatory hormone yang mengakibatkan gula darah tinggi (hiperglikemi) lebih berat disertai timbulnya ketosis.

Namun bila program olahraga benar-benar sesuai dengan kondisi masing-masing pasien, selain bermanfaat dalam hal metabolisme karbohidrat, juga dapat menghambat mekanisme terjadinya komplikasi jantung dan pembuluh darah.

Kumpulan gejala ini merupakan penyebab dari DMTII di banyak negara maju di dunia, dan nampaknya pola hidup mempunyai peranan yang penting. Pembatasan masukan kalori saja belum dapat memperbaiki defek metabolisme seperti tersebut di atas, tanpa latihan fisik yang efektif dan teratur.
Dengan olahraga kadar gula dalam darah turun, maka dosis obat anti DM, suntikan ataupun tablet diturunkan. Kadang-kadang pasien tidak memerlukan obat anti DM, bila yang bersangkutan melakukan olahraga yang teratur.
Olahraga yang teratur memberikan manfaat pula bagi pasien DM, yaitu berkurangnya risiko komplikasi jantung dan dan pembuluh darah melalui mekanisme perbaikan profil lemak dan perbaikan hipertensi. Latihan fisik yang teratur ternyata bermakna menurunkan kadar trigliserida, LDL, serta menaikkan kadar HDL. Dalam olahraga lemak ini diperlukan untuk pembentukan gula oleh hati yang akan disalurkan ke otot-otot, sehingga kadar lemak akan turun. Perbaikan profil lemak tersebut memerlukan latihan fisik yang cukup intensif, misalnya olahraga lari 9 – 12 mil seminggu dan tingkatkan bertahap mencapai 40 mil seminggu.
Manfaat olahraga bagi pasien DM dapat diuraikan singkat sebagai berikut :
1.            Menurunkan kadar gula darah selama dan setelah olahraga.
2.            Menurunkan kadar insulin puasa dan sesuah makan.
3.            Meningkatkan kepekaan jaringan terhadap insulin.
4.            Menurunkan kadar glycosilated hemoglobin.
5.            Memperbaiki profil lemak (menurunkan kadar trigliserida, sedikit menurunkan kadar LDL, meningkatkan HDL).
6.            Perbaikan tensi pada hipertensi ringan sampai sedang.
7.            Mengintensifikasikan penggunaan sumber energi.
8.            Memperbaiki kondisi jantung dan pembuluh darah.
9.            Meningkatkan ketahanan fisik.
10.         Meningkatkan perasaan senang dan kualitas hidup.



dampak negatif atau kerugian dari olahraga bagi pasien DM adalah kecenderungan meningkatnya risiko-risiko sebagai berikut :
1.            Gula darah rendah selama dan setelah olahraga, khususnya dialami oleh pasien yang mendapat suntikan insulin.
2.            Gula darah tinggi akibat beban fisik yang terlalu berat.
3.            Gula darah tinggi dan ketosis pada DMTI
4.            Pencetus gangguan jantung dan pembuluh darah :
a.            angina pectoris (nyeri dada)
b.            infark miokard (serangan jantung)
c.            gangguan irama jantung (Aritmia)
d.            kematian mendadak (akut)
5.            Memburuknya gejala-gejala komplikasi kronik :
a.            Retinopati proferatif (perdarahan retina)
b.            Gangguan fungsi ginjal atau nefropati (proteinuria meningkat)
c.            Gangguan saraf perifer atau neuropati (trauma jaringan lunak dan sendi)
d.            Gangguan saraf otonom atau neuropati otonom (gangguan jantung dan pembuluh darah, hipotensi postural)

Kondisi Pasien Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Program Olahraga Sebagai Penobatan Diabetes Mellitus
Seperti disebutkan di atas bahwa olahraga dapat memberikan manfaat maupun kerugian bagi pasien DM, oleh karena itu harus diketahui sebelumnya kondisi masing-masing pasien sebelum melakukan kegiatan olahraga, agar supaya olahraga yang dilakukan dapat memberikan manfaat, serta menghindari terjadinya akibat-akibat negatif yang tidak diinginkan.
Beberapa masalah yang perlu diketahui sebelum pelaksanaan program olahraga bagi pasien DM sebagai berikut :
1.            Pasien DM dengan kadar gula darah yang masih tinggi, mengalami kecenderungan gula darah tinggi lebih berat serta timbulnya ketosis sebagai akibat dari peningkatan kadar glukagon, katekolamin, dan glukokortikoid pada waktu olahraga.
2.            Beban fisik yang terlalu berat akan memacu rangsangan saraf simpatis terhadap produksi gula dari hati, yang mengakibatkan peningkatan kadar gula darah dalam waktu pendek. Bila terjadi kekurangan insulin dalam keadaan ini, maka produksi keton oleh hati juga terpacu yang menyebabkan timbulnya ketoasidosis.
3.            Meningkatnya risiko gula darah rendah selama dan setelah olahraga pada pasien yang dapat suntikan insulin. Hal ini disebabkan oleh karena penyerapan insulin pada daerah suntikan menjadi lebih cepat sebagai akibat dari aliran darah yang bertambah.
4.            Untuk menghindari  terjadinya gula darah rendah, memberatnya gula darah tinggi, dan timbulnya ketosis, sebelum melakukan olahraga perlu diketahui kondisi pasien mengenai kadar gula darah, jumlah masukan kalori sebelum olahraga, macam, dan dosis insulin maupun obat penurun gula darah yang diberikan, jarak waktu antara suntikan insulin maupun pemberian obat penurun gula darah dengan latihan fisik.
5.            Mobilisasi preparat insulin dari tempat suntikan daerah subkutan, menjadi lebih cepat pada waktu pasien melakukan olahraga.
6.            Latihan fisik tungkai dapat meningkatkan kecepatan penyerapan insulin yang disuntikan subkutan pada tungkai tersebut, namun hampir tidak mempengaruhi kecepatan penyerapan insulin yang disuntikan pada lengan maupun perut. Oleh karena itu, pasien yang disuntik insulin pada lengan atau perut lebih kecil risiko mengalami gula darah rendah selama dan setelah melakukan latihan fisik tungkai.
7.            Pengamatan yang dilakukan terhadap pasien-pasien DMTTI, memberikan kesan perbaikan toleransi glukosa setelah melakukan olahraga teratur selama 1,5–3 bulan.adapun pada pasien-pasien DMTI, olahraga teratur selama 6 minggu dapat mengurangi kebutuhan insulin 10-18 unit perhari.
8.            Meningkatkan efek insulin akibat olahraga akan hilang dalam beberapa hari setelah latihan fisik dihentikan.
9.            Latihan fisik yang insentif dapat meningkatkan aktivitas protein pengangkut gula, sehingga pengangkutan gula ke dalam sel lebih efektif.
10.         Mengingat risiko gula darah rendah pada DMTI selama dan setelah melakukan olahraga, sebaiknya pasien DMTI tidak diikutsertakan dalam latihan olahraga pada umumnya. Mereka masih mungkin melakukan olahraga ringan dengan pengawasan cermat, dan memilih obat human mono-component short acting insulin dan pengawasan sendiri kadar gula darah.
11.         Beberapa komplikasi DM menjadi lebih berat akibat olahraga dan hal ini perlu dipertimbangkan, misalnya retinopati proliferatif yang berkembang menjadi perdarahan retina, memberatnya proteinuria pada nefropati yang mungkin disebabkan oleh perubahan pengaliran darah ginjal, pasien dengan neuropati perifer lebih mudah mengalami trauma jaringan lunak dan sendi tungkai bawah, pasien dengan neuropati otonom lebih mudah mengalami serangan jantung dan hipotensi postural.
12.         Peningkatan ambilan gula dan pemakaran gula terjadi pada otot yang sedang mendapat beban latihan fisik. Kemampuan produksi gula dari hati tidak mampu mengimbangi penggunaan gula bila olahraga dilakukan dalam waktu lama, sehingga pasien mengalami gula darah rendah.

Petunjuk Program Olahraga Bagi Pasien Diabetes Mellitus
Dalam menyelenggarakan program olahraga bagi pasien DM, tidak cukup hanya mempertimbangkan manfaat, kerugian, dan kondisi masing-masing pasien, tapi perlu juga memperhatikan petunjuk-petunjuk dalam menyusun program tersebut sebagai berikut.
1.            Olahraga yang baik bagi pasien DM adalah olahraga yang sesuai dengan pasien dan dapat meningkatkan kesegaran jasmani. Untuk itu dipilih program latihan yang bersifat :
a.            Berkesinambungan
Latihan harus dilakukan terus-menerus tanpa henti, misalnya latihan terus-menerus selama 30 menit
b.            Berirama
Dipilih latihan-latihan yang berirama agar otot-otot mengkerut (kontraksi) dan memanjang (relaksasi) secara teratur, sebagai contoh adalah : jalan kaki, jogging, lari, dan renang.
c.            Progresif
Latihan dalam olahraga ditingkatkan secara bertahap sehingga makin lama makin berat. Setelah tubuh sudah dapat menyesuaikan pada suatu tingkatan latihan, maka beban latihan dapat ditingkatkan.
d.            Daya Tahan
Diusahakan melakukan suatu program latihan daya tahan sehingga dapat memperbaiki kesegaran jantung dan pembuluh darah. Program daya tahan ini adalah yang paling penting bagi pasien DM.
2.            Respon peningkatan denyut jantung dapat dipergunakan untuk mengukur intensitas latihan fisik. Sebagai patokan yang dapat dicapai waktu melakukan olahraga adalah jumlah denyut nadi maksimal permenit yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Denyut nadi maksimal = 220 – umur
Sebaiknya dalam melakukan olahraga, maka denyut nadi sampai 72-87% dari denyut nadi maksimal.
Antara 72-87% dari denyut nadi maksimal ini disebut training zone. Latihan yang tidak mencapai training zone berarti takarannya kurang sehingga manfaatnya kurang.
Contoh :
Pasien berumur 60 tahun maka denyut nadi maksimal adalah 220 – 60 = 160 denyut/menit.
Dalam melakukan latihan diusahakan agar denyut nadi mencapai training zone yang jumlahnya adalah : 72-87% x 160 = 115-139 denyut/menit.

Untuk melihat data yang lebih lengkap silahkan click link ini.




Diposting oleh Article of Food Health and Public Health di 22.20  

0 komentar:

Posting Komentar